Sabtu, 26 September 2009

6 Bukti Bahwa Para Penguasa Telah Murtad

Ini adalah sebuah kebiasan baru yang terjadi di saat telah dekat hari penghakiman, bahwa orang-orang datang dan mambuat alasan untuk pemimpin-pemimpin, mereka mengutip dari Ibnu Abbas yang berkata kafir duna kafir pada ayat dimana Allah berfirman,

“...Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (QS Al Maidah 5 : 44)

Ini adalah ayat yang digunakan banyak orang untuk membuktikan bahwa penguasa adalah bukan kafir. Namun ayat ini sangat jelas, bahwa siapa saja yang melakukannya demikian adalah kafir, mereka berharap untuk dapat memutar balikan ayat ini, dan menyandarkan pada Ibnu Abbass bahwa dia pernah berkata bahwa kafir yang dimaksudkan ayat ini adalah, kafir duna kafir, dan oleh karena itu mereka menyimpulkan bahwa pemimpin saat ini adalah bukan kafir.

Kafir berarti kebalikan dari iman, begitu juga ketika Allah (swt) berfirman bahwa,“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.”

Kita tidak bisa sekarang mngatakan bahwa mereka adalah muslim, atau mereka itu adalah kurang kafir dari kafir

Lebih lanjut, alasan mengapa orang-orang-menyebut mereka kufur adalah bukan karena ayat ini, bagaimanapun itu adalah sesuatu yang mudah terbukti bahwa mereka kafir bahkan tanpa ayat ini sekalipun. Penguasa-penguasa yang ada adalah kafir karena beberapa alasan:

1. MELANGGAR PILAR PERTAMA DARI TAUHID

Mereka yang tidak memenuhi dua pilar tauhid, seseorang yang tidak mempunyai pilar tauhid berarti kafir, pilar yang pertama adalah KUFUR BIT THAGHUT, para penguasa tidak menolak thoghut, dan kemudian mereka menjadi musyrik dan kafir.

Semua orang yang beriman kepada Allah tanpa menolak kekufuran dan thaghut berarti bukan umat Islam. Allah Berfirman,

“...barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus…” (QS Al Baqarah, 2 : 256)

Iman para penguasa tanpa menolak thaghut adalah seperti imannya para Quraisy, Quraisy percaya kepada Allah, dan menyatakan bahwa Dia adalah sang pencipta, tetapi mereka tidak menolak thoghut, dan Muhammad (saw) memerangi Quraisy karena mereka tidak menolak thoghut, pada saat mereka beriman pada Allah (swt).

Mereka yang tidak menolak thaghut seperti PBB (Perseriktan Bangsa Bangsa), PBB adalah sebuah konstitusi yang berdasar pada hal-hal tertentu, ini adalah organisasi kufur yang berdasarkan pada kedaulatan manusia, siapapun yang memberikan kedaulatan selain dari pada Allah (swt) adalah thoghut, semua penguasa yang dengan senang hati meminta untuk menjadi anggota PBB dan dengan senang hati membayar untuk memelihara keanggotaannya dan mereka dengan senang hati bertahan pada aturan dan hukum kufur mereka, mereka bertahan pada kekufuran menjadikannya otoritas atas mereka dan seluruh kaum muslimin, mereka menerima untuk lima Negara kafir untuk menjadi dewan keamanan untuk mendapatkan sebuah penyerahan atas mereka. Allah (swt) berfirman:

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu…” (QS An Nisa, 4: 60)

Allah (swt) berfirman di sini bahwa siapa saja yang mengacu atau condong kepada thoghut dalam perselisihan, seharusnya tidak menyatakan diri sebagai muslim, dan ayat ini adalah berbicara tentang seorang muslim yang tidak kafir, yang tidak mau condong kepada Muhammad (saw) dan menggantinya pada seorang yahudi, Ka’ab Ibnu Asyraf dalam perselisihannya, dan Allah menyebut dia munafik dan kafir.

Semua penguasa yang setuju untuk duduk dengan seluruh orang-orang kafir dan musyrikin dari seluruh dunia di PBB, ini adalah kafir Akbar dan membuat mereka menjadi kafir.

2. AL ISTIHZAA’- MENGEJEK DIEN DAN PERINTAH ALLAH (SWT)

Ini adalah penyakit yang paling berbahaya yang dihadapi oleh umat Islam saat ini. Itu datang dari luar Islam. Ada banyak buku yang mengejek Dien Islam. Ada sebuah buku yang berjudul “Bagaimana Adam diciptakan”, itu berarti menyatakan bahwa evolusi bertentang dengan Islam. Bahkan ada banyak buku yang membuat gambar ejekan untuk Muhammad (saw), dan buku ini legal dan dizinkan di negeri kaum muslimin.

- Mereka mengejek Ulama

- Mengejek para muslimah yang menjaga Auratnya

- Mengejek para Da’i

- Mengejek mereka yang berjuang untuk Islam

- Mereka mengejek Ahl Al Islam

Rasulullah bersabda:

“Siapa saja yang mengejek umat ku, dan sahabat-sahabatku tidak mempunyai kesucian dalam hidupnya.”

Banyak saudari-saudari di negeri muslim dilarang untuk masuk Universitas jika mereka menutupi auratnya, dan banyak orang muslim laki-laki yang dilarang belajar pengobatan kecuali mereka mencukur jenggot mereka.

Banyak orang yang mengejek bahasa Arab – bahasa Al Quran, di negeri Muslim, mereka menyebutkan “bahasa arab adalah bahasa yang kuno, dan mereka akan mengatakan bahwa lebih baik menjadi orang buta huruf dari pada belajar bahasa arab, dan mereka berkata bahwa satu-satunya cara agar Al Quran mudah di kenal dan dengan menerjemahkannya kedalam bahasa latin, Inggris, Indonesia dan Perancis, karena bahasa inggris adalah bahasa yang paling terhormat dan bahasa Arab adalah yang terhina”, ini adalah pengingkaran terhadap Dien, dan seseorang yang berkata maka (seperti Toha Nussein) ia murtad.

Mereka menghina Hudud, mereka berkata itu adalah barbar dan berkata bahwa jika bangsa Arab melakukan demikian, potong tangan, merejam bagi pelaku zina laki-laki, mereka mengklaim itu karena mereka adalah ‘ketinggalan zaman, bandit, haus darah dan lain-lain.’ Mereka berkata bahwa Al Qur’an sudah tidak relevan lagi untuk diterapakan untuk masyarakat di muka bumi saat ini, dan lebih baik membaca koran dari pada Al Qur’an’, orang yang berkata demikian adalah murtad. Ada buku yang berbicara tentang pembersihan hati Rasulullah (saw) harus di ingkari meskipun bertentangan dengan Al Qur’an.

Semua buku-buku ini legal di negeri muslim, dan ini merupakan bukti pengingkaran terhadap Dien oleh para penguasa. Allah (swt) menyebut orang-orang kafir di dalam Al Qur’an karena mereka menertawakan dien Allah (swt):

“Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: ‘Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya).’ Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman…” (QS At Taubah, 9 :64-66)

Ayat ini tentang orang-orang yang berbicara sedikit penyakit tentang Hafiz Qur’an, mereka berkata, para Hafiz adalah orang-orang yang berperut besar dan Allah (swt) menyebut mereka Kafir.

“Dan sesungguhnya jika Kami undurkan azab dari mereka sampai kepada suatu waktu yang ditentukan. niscaya mereka akan berkata: ‘Apakah yang menghalanginya?’ lngatlah, di waktu azab itu datang kepada mereka tidaklah dapat dipalingkan dari mereka dan mereka diliputi oleh azab yang dahulunya mereka selalu memperolok-olokkannya.” (QS Huud, 11: 8)

Lebih lanjut, penguasa yang memberi izin untuk program TV di negeri-negeri muslim, membirakan ide-ide kufur dan pemikiran memberlakukan kebebasan semu untuk berbicara, mereka membiarakan Al Qur’an untuk di bacxakan setelah semua dengan ketelanjangan dan keharaman di tanyangkan di TV, mereka membiarakan iklan alkohol dan ketelanjangan. Mereka mempunyai program untuk menghina wanita yang menutupi auratnya, dan imam-imam, dan program-program yang mengejek para hafiz dan ‘fundamentalis’, dan bahkan program-program yang melukiskan para sahabat dan Tabi’in sebagai bandit. Seseorang yang melegalisasi bentik-bentuk ejekan ini adalah kafir.

Mereka membolehkan segala keharaman dan kerusakan di TV dan kemudian istirahat untuk Shalat, atau mereka menyebutkan waktu salat seperti mencampurkan Islam dengan segala kefasikan, fujur dan kekufuran mereka.

Mereka membirakan program-program TV, untuk menghina khimar dan Jilbab, menghina para ulama. Mereka membiarkan iklan riba’ dan segala bentuk keharaman. Mereka memenjarakan seseorang yang menghina para penguasa tetapi menangis ‘kebebasan untuk berbicara’ bagi seorang yang menghina Allah (swt). Ini adalah salah satu bentuk dari mereka yang berbuat kekufuran, bahwa mereka mengejek Dien Islam.

3. AL MUWALAAT MUSYRIKIN DAN KAFIRIN – BERGABUNG DENGAN KUFFAR MELAWAN UMAT ISLAM

Allah (swt) berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka…” (QS Al Maidah, 5: 51)

BAGAIMANA JIKA PARA PENGUASA BERSEKUTU DENGAN KUFFAR?

Allah (swt) berfirman:

“Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah? Barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya. Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong.” (QS An Nisa, 4: 88-89)

Ayat ini berbicara tentang umat islam di mekkah yang menjadi murtad dengan bergabung dengan tentara Quraisy melawan umat Islam di perang Badar berasal dari kecintaan terhadap negeri mereka dan orang-orang mereka, ketika mereka datang ke Madinah umat Islam membunuh mereka, ini adalah sebuah aliansi kecil dengan Quraisy dan mereka telah menjadi beriman pada laa ilaha illallah, namun mereka di bunuh karena kekufuran mereka.

Israel mempunyai pakta keamanan dengan Turki, Mesir dan Qatar. Saudi Arabia mempunyai pakta keamanan dengan USA, mereka mempunyai sekutu dengan orang-orang kafir melawan semua memerangi tetangga umat Islam di daerahnya. Orang Iraq tidak pernah masuk kedalam Saudi Arabia, dan sebaliknya mereka membolehkan USA untuk dan memerangi kaum muslimin di Iraq. Allah (swt) berfirman:

“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: ‘Kami takut akan mendapat bencana.’ Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: ‘Inikah orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta kamu?’ Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang merugi.” (QS Al Maidah, 5: 52-53)

4. AL ISTIBDAAL – MENGADOPSI (ATURAN) SELAIN DIEN ISLAM (MENERAPKAN DEMOKRASI)

Mereka berkata bahwa mempertahankan demokrasi, berarti bahwa mereka menerima kedaulatan di tangan manusia, Allah (swt) berfirman:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil…” (QS An Nisa, 4: 58)

Allah (swt) berfirman :

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam…” (QS Ali Imran, 3 : 19)

Pada saat nabi Yusuf (as), Allah (swt) berfirman:

“...Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, sedang mereka ingkar kepada hari kemudian. Dan aku pengikut agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya’qub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah…” (QS Yusuf, 12 : 37-38)

Dia menyebutkan percampuran dien syirk. Ayat-ayat ini adalah penolakan secara jelas tentang demokrasi. Lebih lanjut yang di sampaikan Abu Huraira bahwa Rasulullah (saw) pernah berkata:

“Siapa saja yang mengatakan laa ilaha illallah dan menolak jalan hidup selain itu, hidupnya dan kekayaannya akan terlindungi…”

Hadis ini mewajibkan kita menolak segala sesuatu selain dien (Islam), dan demokrasi adalah sesutau yang sangat berlawanan sebgaiamana anda akan mengambil sesuatu selain dien jika memeluk demokrasi. Allah (swt) berfirman:

“Barangsiapa mencari agama selain Dien Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (dien itu) daripadanya.” (QS Ali Imran, 3 : 85)

5. SYIRIK RUBUBIYAH – MENGARAHKAN SEBAGIAN DARI ALLAH (SWT) MENGHUBUNGKAN DENGAN DIRI MEREKA

Dien Allah (swt) adalah dien yang tidak diterapkan di semua negeri muslim saat ini, melainkan para penguasa menggantikan Allah (swt) sebagai pemimpin dan pembuat undang-undang, parlemen yang membuat hukum-hukum dan melegalkan apa saja yang Allah larang, atau sebaliknya melarang apa yang Allah (swt) wajibkan. Di negeri muslim hari ini, tidak ada negeri yang mewajibkan Khimar dan Jilbab bagi para wanita, lebih buruk dari itu bahkan mereka menghukum siapa saja yang memakainya di beberapa Negara.

Di tanah kaum muslimin, kita akan di hukum jika kita melawan konstitusi, para penguasa, atau bendera mereka, kita akan di hukum dan dicap sebagai pengkhianat.

Di bawah hukum buatan manusia, kita akan di hukum jika melanggar hukum buatan manusia seperti menerobos lampu merah pada traffic light, sebagaimana jika kita melanggar hukum Allah (swt), kemudian kita tidak akan di hukum (dibawah hukum buatan manusia) sehingga dilema yang muncul seperti pada mereka yang ingin menegakkannya.

Inilah realitas mengapa mereka disebut thaghut dan kafir, dan seseorang yang membantu untuk menolong mereka dan menerapkan hukum mereka, secara militer atau tidak, adalah thaghut dan kafir, sekalipun ia warga Negara biasa. Sebaliknya orang-orang yang tidak menegakkan hukum-hukumnya dan berjuang melawan penguasa adalah bukan thaghut juga bukan kafir.

Di negeri muslim kita bisa menghina Allah dan rasulNya dengan bebas tanpa mendapatkan hukuman apapun, sebaliknya jika kita bersumpah untuk melawan presiden, kemudian kita akan mendapatkan hadiah untuk menginap di penjara.

Allah (swt) berfirman,

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS At Taubah, 9 : 31)

Allah (swt) berfirman:

“Apakah lebih baik raja-raja yang berbeda daripada seorang?....”

Dari pandangan ini para penguasa adalah kafir oleh Istihlah - memperbolehkan apa yang Allah (swt) larang.

6. AT TASYRII – MEREKA KUFUR KONSTITUSI

Mereka semua mempunyai konstitusi kufur yang melanggar Syariah dan mengeluarkan mereka dari ikatan Islam, Allah (swt) dengan jelas memerintahkan seseorang yang membuat At Tasyrii’ mereka yang membuat hukum dan peraturan selain daripada apa yang ungkapkan, Allah (swt) berfirman:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil…” (QS An Nisa 4 : 58)

Dan juga,

“Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka (dengan syriah).” (QS Al Maidah, 5 : 42)

Dan Allah memperingati kita dari implementasi apapun selain konstitusi dan hukum,

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al Maidah, 5 :50)

Dan Allah (swt) berfirman,

“...Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah…” (QS Al An’am, 6: 57)

Juga Allah (swt) berfirman,

“Katakanlah: Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut dengan mengatakan: “Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.” (QS Al An’am 6 : 63)

“...Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah…” (QS Yusuf, 12 : 40)

Ayat diatas mengungkapkan kepada Yusuf (as) tentang kekuasaan, Allah (swt) juga berfirman,

“Dan Ya’qub berkata: Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri.” (QS Yusuf, 12 : 67)

“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah (orang-orang kafir), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dia-lah Yang Maha cepat hisab-Nya.” (QS Ar Ra’ad, 13 : 41)

“...dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.” (QS Al Kahfi, 18 : 26)

Ayat ini berkata, jangan menjadikan diri kita sebagai sekutu bagi Allah untuk menetapkan keputusan.

Allah (swt) berfirman:

“Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS Al Qashash, 28 : 70)

Sungguh, penerapan hukum kufur dan hukum buatan manusia adalah benar-benar suatu bentuk kekufuran dan tidak ada dari penguasa di negeri kaum muslimin mempunyai sebuah alasanpun dalam masalah ini.

ARGUMENTASI YANG MENCOBA UNTUK MELINDUNGI TAWAGHIT

1. KUFUR DUNA KUFUR

Penguasa yang benar-benar kufur dan syirik dan namun akan selalu ada orang-orang yang melindungi mereka dan menyebut mereka muslim. Mereka lebih suka pada hadis yang di sampaikan Ibnu Abbas, bahwa dia berkata “kafir duna kafir” pada ayat (QS Al Maidah 5 : 44).

Mereka lebih suka pada tafsir Ibnu Katsir. Bagaiamanapun ketika kita berbicara tentang isu mengenai Ibnu Abbas, kita akan mempunyai sebuah argumentasi atas permasalahan tersebut yang cukup shahih.Hadis ini yang di permasalahkan pada masa khawarij, mereka datang untuk berdiskusi dengan beliau, beliau tidak pernah menyebut mereka kafir, beliau mengatakan “kafir duna kafir.” Dia telah berdebat dengan Khawarij, ini harus menjadi catatan bahwa tidak ada sebuah isu atas segala ketidakhadiran syariah, syariah telah hadir pada masa mereka, tidak pernah ada di masa mereka seorang penguasa yang memcoba untuk memerintah dengan hukum kufur, tidak seorangpun yang telah menyatakan bahwa kedaulatan atas manusia disamping Allah, tak seorangpun bahwa ia menghadapi dari Khawarij ketika ia mengatakan statemen itu, adalah dari kenyataan para penguasa Negeri Orang Islam.

Hisham Ibnu Hajar Al Maliki, adalah seorang pembawa berita yang lemah, jika demikian maka tak seorangpun dapat menerima berita yang disampaikan darinya – sungguh yang melaporkan itu adalah Ibnu Abbas yang berkata seperti itu. Dan sesungguhnya ada kesepakatan bahwa seseorang yang membuat sebuah humum, adalah kafir. Riwayat yang da’if menyatakan bahwa kaum Khawarij telah berkta pada Ibnu Abbas tentang kesewenang-wenangan Ali dan Mu’awiyah serta orang-orang yang bersama mereka, mereka berkata:

Bagaimana anda mengambil keputusan pada seseorang yang menggantikan Allah, dan Allah (swt) berfirman, siapa saja yang memimpin (mengatur) selain dari apa yang Allah turunkan, mereka adalah orang-orang kafir.” Dan begitu juga Ali dan Mu’awiyah adalah Kafir. “Ibnu Abbas disini berkata ” jenis memutuskan ini adalah kafir duna kafir.

Maka sekalipun hadist ini shahih, pokok permasalahannya tidak sama dengan realitas dari penguasa Thoghut di Negeri Muslim saat ini, apalagi hadis ini lemah dengan begitu tidak bisa diambil.

Ibnu Abbas berkata dalam kisah yang lain, menjawab apa yang telah kaum Khawarij katakan:

Perdamian di antara umat Islam tidak diputuskan dengan selain apa yang Allah telah turunkan. Jika ada suami-istri saling berselisih, salah satu (suami-istri) mengirimkan seseorang dari keluarganya, Allah (swt) mengizinkan kebebasan pada mereka kepada siapa saja yang datang untuk mendamaikan di antara suami istri tersebut, dan demikian untuk alasan yang lebih tepat untuk alasan yang di perbolehkan untuk memutuskan kepada seseorang untuk mendamaikan keduanya (QS An Nisa 4 : 35 & 65) .... Itu tidak sama sebagaimana yang kamu duga.

Riwayat ini shahih dan berlawanan dengan riwayat yang lemah, karena dia tidak menujukkan bahwa Ali dan Mu’awiyah berdosa sebagaimana yang di sampaikan pada riwayat yang lemah, sebaliknya beliau membersihkan mereka ( Ali dan Mu’awiyah) dari semua kesalahan. Sekalipun tidak, itu hanya bisa digunakan sebagai kafir duna kafir tidak jika seseorang menetapkan dengan hukum kufur, tetapi lebih jika mereka menindas orang-orang dan tidak memberikan apa yang seharusnya kepada orang-orang. Ini adalah dosa, bukan kafir, sebagaimana pokok permasalahan ayat adalah bukan demikian dan seseorang yang memimpin dengan hukum kufur adalah kafir.

Bara’ bin Azib berkata pada ayat ( QS Al Maa’idah 5 : 44,45 dan 47):

Ayat ini mengungkapkan tentang semua orang-orang kafir (Muslim, Asbabun Nuzul [QS Al Maa’iddah 5 : 44,45 dan 47])

Maka tidak ada cara menyatakan bahwa ayat-ayat ini adalah berbicara tentang kafir duna kafir, itu adalah tidak mungkin karena kuffar adalah kafir. Itu seharusnya adalah kafir Akbar.

Ketika golongan Khawarij memberlakukan ayat tersebut ditujukan pada situasi bangsa Yahudi, tidak akan ada perselisihan, karena Kufur akan sama menjadi kufur dan tidak akan ada Takwil, pada ayat,

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS Al Maa’idah 5 : 44)

Ayat ini dengan jelas berbicara tentang ahli kitab, jadi bagaimana bisa bahwa ayat ini berbicara tentang kafir duna kafir. Jika itu sedang membicarakan tentang keimanan dari ahli kitab, bisa jadi dapat diterima sebagaimana orang-orang yang beriman dari ahli kitab pada masa Rasulullah (saw), atau itu harus digunakan pada keduanya orang Islam dan Kafir, tetapi jika kita melakukan demikian, kita tidak bisa memberlakukan kafir duna kafir sebagiamana yang awalnya berbicara tentang orang-orang kafir.

Kita harus ingat Ibnu Abbas tidak pernah berkata tentang situasi pemerintah toghut, atau menetapkan dengan hukum kufur, bahkan dalam hadis yang dhaif, beliau berbicara tentang kesewenang-wenangan, ini sangat berbahaya yang di atributkan pada seorang sahabat bahwa dia berkata seperti mereka menyatakan bahwa pemerintah thoghut adalah bukan kafir.

2. MEREKA MENGUCAPKAN LAA ILAHA ILLALLAH

Mereka membantah bahwa mereka mengucapkan laa ilaha illallah, dengan demikian bagaimana kita bisa menyebut mereka kafir.

Umar Al Asykar berkata:

“Bagaimana bisa kamu menyebut mereka kafir? Mereka orang-orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah, dan Rasulullah (saw) melarang Usama bin Zaid, untuk membunuh seseorang yang telah mengucapkan laa ilaaha illallah, dan hadis menyatakan tidak mengucapkan pada seseorang yang mengucapakan kepadamu salam, bahwa ia adalah seseorang yang tidak beriman.”

Allah (swt) berfirman:

“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: ‘Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.’ Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS Ali Imran 3 : 7)

Menyatakan kepada kita bahwa tidak segala sesuatu yang terbuka untuk ijtihad, banyak hal ada yang diterangkan secara jelas dan tidak dapat dibantah, hanya ada beberapa hal yang samar, bahwa jika sesuatu datang secara umum, maka hanya Allah saja yang dapat mengkhususkan sesuatu tersebut. Seperti contoh Allah (swt) berfirman “shalatlah…” ini adalah abstrak (mujmal), Allah menjelaskan pada teks yang lain berapa banyak dalam sehari dan sebagainya, tidak ada seorang Alim yang bisa mencotohkan hal ini dan mengatakan kepada kita bagaiamana cara mendirikan shalat.

Pernyataan yang menyatakan bahwa para penguasa mengucapakan laa ilaaha illallah, bisa di counter pada sudut pandang ini. Dan hadis yang mereka kutip di luar konteks bahwa yang berbunyi: “siapa saja yang mengucapkan laa ilaha illallah meyakini dan hatinya akan masuk surga.”

Ayat yang berbunyi:

“Siapa saja yang menentang Allah dan rasulNya akan tinggal di nereka selamanya.”

Inilah sebab golongan Khawarij menjadi bingung, karena mereka yang akan berada di dalam neraka selamanya adalah orang-orang kafir, sehingga mereka mengambil semua kedurhakaan adalah kafir. Sebagaimana Allah (swt) menerangkan di lain ayat, dimana Dia berfirman,

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya…” (QS An Nisa, 4 : 116)

Lebih lanjut iman bukan hanya apa yang dikatakannya, itu adalah untuk dikatakan di percaya dan melakukannya. Iman adalah apa yang di ucapkan, dilakukan dan di dalam hati, jika ada dari tiga pilar ini hilang atau ditiadakan seperti dengan kata-kata atau dengan perbuatan kufur, maka keseluruhan iman akan hilang. Demikian itu adalah mengapa banyak pemimpin yang mengucapkan laa ilaha illallah, pada saat mereka ‘ditemani’ syirik besar atau kafir besar seperti berlemah lembut di depan berhala atau pada aturan selain dari pada apa yang telah Allah (swt) sampaikan atau mengejek Dien Allah dan lain-lain, mereka akan meninggalkan ikatan Islam dengan sadar ataupun tidak, sungguh Allah (swt) menginformasikan kepada kita orang-orang yang mengucapkan kalimah (syahadatain) dan menyatakan diri beriman kepada Allah dan masuk Islam, namun mereka adalah musyrik atas ‘kecintaan’ mereka pada thaghut (seperti kecintaan mereka pada pengadilan barat atau hukum buatan manusia, PBB, hukum international atau pada hakim yang memutuskan selain dari apa yang telah Allah (swt) sampaikan), Allah (swt) berfirman,

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghu, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS An Nisa, 4 : 60)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar