Sabtu, 26 September 2009

Pemimpin Para Syuhada

Berikut ini adalah transkrip / catatan kata demi kata dari video yg berjudul “Of the master of martyrs..” (Pemimpin para syuhada) di mana Syeikh Abu Yahya al-Libi (Hafizhahullaah) memperbincangkan peristiwa masjid Lal dan beberapa hikmah dari kejadian tersebut.

Bismillahirrahmanirrahim..

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Segala puji bagi Allah SWT, salawat dan salam dihaturkan bagi Rasulullah SAW, keluarganya, sahabat-sahabat nya dan seluruh umat yang mengikuti jejaknya.

Ummat Islam, Semoga kedamaian dan berkah Allah ada bersama kalian.

Dahulu kala, seorang pujangga berkata, “Killing is destined for us, fighting is for us, and staying behind is for women” (“Membunuh adalah ditakdirkan untuk kita, berperang adalah takdir kita, dan mereka yang menunggu di belakang kita adalah para perempuan” ). Tetapi, belakangan ini, kita berada dalam waktu di mana situasinya sudah terbalik. Kita berada dalam era di mana para lelaki memakai kerudung milik perempuan, bersemayam dalam rumah-rumah mereka, bersembunyi dalam sudut-sudut gelap di dalam rumah mereka setelah menghindari tempat-tempat dahsyat di mana hanya akan dimasuki oleh para pahlawan. Mereka hanya akan mengurusi tempat-tempat untuk wanita yang lemah, agar mereka dapat berguna bagi bangsanya yang sebenarnya pekerjaan tersebut telah ditolak mentah-mentah oleh orang-orang terdahulu.

Aduh, betapa sedihnya melihat suatu era di mana kelemahan semacam ini sudah mendarah daging, di mana orang-orangnya sudah dikuasai oleh perasaan pengecut, memaksa perempuan-perempuan mereka yang berjilbab dan bergelang kaki untuk mengambil alih posisi laki-laki, pergi ke medan perang dengan panggilan Takbir (proklamasi kebesaran Allah), mencari pendukung dan mencari bala bantuan. Perempuan-perempuan ini yang digerakkan oleh keyakinan yang kuat, hati nurani yang hidup, dan jantung yang dipenuhi oleh ledakan keinginan untuk mengetahui kebenaran, dan kesedihan yang mengalir deras akan agama yang terhujat, kehormatan yang terlanggar dan Syari’ah yang terhina di sebuah Negara yang tercemari oleh para pembohong, dan dikuasai oleh para pelanggar agama; mereka ini adalah para lelaki yang menyerupai perempuan, para penyembah hawa nafsu.

Kita semua sudah mendengar tentang Universitas Hafsa [Jamia Hafsa] yang terletak di kota Islamabad di negara Pakistan yang terluka, yang berdiri dengan menjadikannya berarti sebagaimana namanya sendiri yaitu Hafsa, putri dari Umar (salah satu istri dari nabi Muhammad SAW) semoga mereka diterima disisi-Nya. Unversitas ini berdiri dimana kesucian dan kebajikan dapat berteriak dengan lantangnya, ketidakmaluan, dosa dan suara-suara kebanggaan akan suatu paham dan agama terdengar mengutuk peradaban modern yang penuh dosa, dan kebebasan Barat yang bermuka tebal didukung oleh para penyokong kesengsaraan di Pakistan dalam usahanya untuk mensejajarkan diri dengan pawai Al-Jahiliyah modern [Al-Jahiliyah: ketidaktahuan, berhubungan dengan era pra-Islam]

Keyakinan memanggil dengan lantang hingga tanah pun bergetar akibat gemanya, dan era pra-islam yang rapuh pun bagai kesatuan yang goyah.

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. 5:50)

Benar adanya bahwa gelar Sarjana dari Universitas Hafsa tidak sebanding gelar sarjana dari universitas-universitas lain yang dikejar oleh orang banyak dalam soal keduniawian. Tapi kali ini, dengan pondasinya yang mulia, sertifikatnya mendapatkan penghargaan tertinggi, status tertinggi, diakui dan dihormati setiap orang yang mencintainya maupun membencinya, karena ini adalah sertifikat kebajikan, kebenaran dan keyakinan. Sertifikat ini mengutarakan kebenaran dan bimbingan yang digemakan dengan kata-kata penuh kepastian, didukung dengan panggilan akan kesucian yang berteriak dalam dunia kegelapan.

“Dan bahwa yang kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahan Allah kepadamu agar kamu bertakwa” (QS 6:153)

Sertifikatnya adalah sertifikat kebenaran karena dimotivasi oleh ketekunan pada agama, dan tergerak kuat untuk memberontak dalam mendukung keyakinannya, dan digerakkan oleh rasa hina untuk patuh kepada promotor ketidaksenonohan. Meskipun ada kelemahannya, penghargaan dirinya dikeluarkan oleh pegangan yang murni pada Islam, dan dilemparkan di muka kesalahan yang tercela.

“Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali ke agamamu, sesudah Allah melepaskan kami dari padanya.” (QS 7:89)

Sertifikatnya adalah seritifikat kebajikan karena memperlihatkan kesalahan yang kejam dan membuka tirai yang menutupi wajah hitam sang pelaku, dan dengan paksa menyeret mereka keluar dari kebohongan, ke hadapan semua orang, telanjang, terpajang dan dipermalukan tanpa sesuatu apapun menutupi mereka, terlempar ke tempat mereka yang seharusnya dengan sangat hina.

“Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina.” (QS 58:20)

Sertifikatnya adalah sertifikat kebaikan karena muncul dari naluri yang murni, dan lahir dari hati yang percaya akan ke-esa-an Allah, dan lahir dari konstitusi moral dari jiwa-jiwa yang suci. Tidaklah hal ini menunggu ijin dari pembohong yang menyamar, bukan pula rekomendasi dari seorang pengumbar pujian-pujian palsu, bukan pula pengakuan atau apresiasi dari seorang pemimpin kejam. Ijin, rekomendasi dan pengakuannya didasari oleh perkataan-perkataan luhur dari Dia yang Maha Anggun.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS 3:104)

Maka, selamat kepada orang-orang yang berlindung di bawah tatakrama yang mulia dan lompat ke atas tingkat kehormatan paling tinggi, dan menjawab panggilan mulia dan ketenangan dan kepercayaan diri di tengah-tengah kebisingan panggilan korupsi dan ketidaksenonohan.

Kalian [Wanita-wanita Jamia Hafsa] telah menjawab panggilan kebajikan tanpa ragu, dan tak menuruti suara-suara dari para pembohong yang ternoda, kalian telah menghindar dari tindak tanduk para musuh dengan anggunnya, dan mengikuti tatakrama yang telah ditetapkan oleh Tuhan-mu, kalian telah tinggalkan pakaian mereka dan telah menjadikan akhirat sebagai hasrat mu yang utama. Berbahagialah, wahai saudara-saudara perempuanku dalam mencari kepuasan, dan maka berdoalah dan berterimakasih pada Sang Pemberi berkah.

Hari ini setelah Universitas Hafsa telah mencatat kedudukannya, dan bangkit pada singgasana kemenangan, para professor dan cendekiawannya telah menolak kedudukan mereka menjadi berbeda dari para murid mereka, di mana mereka telah menanamkan arti keyakinan yang sesungguhnya dan membenihkan kebulatan tekad pada hati murid-muridnya. Mereka telah mengajarkan kesempurnaan, dan membangun langkah-langkah pengorbanan pada murid-murid mereka. Mereka telah menyematkan tempat-tempat kemenangan dengan mahkota yang bersinar di dahi sejarah, sebagaimana mereka telah dibangkitan oleh kata-kata dan tindakan-tindakan sebagai simbol kedalaman arti yang hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang berkarakter sabar, terbimbing dan pasti.

“Aku tidak akan keberatan bila aku terbunuh sebagai seorang muslim, dan kematianku hanya untuk Allah semata, dan jika Allah mengijinkan, Dia akan memberkahi badanku bilapun hancur berkeping-keping” [Sya’ir]

Ini adalah cara kebenaran dan kepastian berkata-berkata dalam sejarah, menolak untuk menyerah pada saat masalah-masalah terkait dengan keyakinan. Ini adalah cara di mana kebenaran dan pendirian seharusnya diproklamirkan setiap harinya, seseorang harus menghindar dari memuaskan orang-orang yang tak setia pada kata-katanya sendiri. Hal ini tidak lain adalah keyakinan keagamaan yang terdapat dalam perang Masjid Lal, atau juga disebut Masjid Merah, yang memang berwarna merah, bukannya merah hanya karena sebagai penghias semata, tapi karena masjid itu memang dilapisi oleh darah para syuhada yang setia. Inilah cara kita membedakan mereka, tetapi hanya Allah lah yang dapat memutuskan, pada saat mereka mengenang para pahlawan, mengukir lembar-lembar sejarah dengan cerita-cerita peperangan indah yang tak tertandingi. Selain itu, masjid hebat ini telah mewisudakan para murid dan cendekiawan-cendekiawan yang mengharapkan kasih sayang, menyebarkan kebajikan, dan melarang perbuatan jahat, pada hari ini mewisudakan satu kelas ahli cendekiawan yang setelah menerima gelar wisuda mereka, akan menjadi sebagian dari mereka para pemimpin syuhada. Kami memang menganggap mereka seperti itu, tetapi Allah adalah Sang penentu yang terakhir.

Di puncak barisan singa-singa ini adalah Sang Imam Pemberani dan Cendekiawan yang aktif, Sang Syuhada, anak dari ayahnya yang syahid, dan ibunya yang juga syahid, sebagaimana kami menganggap mereka, tetapi Allah adalah Sang penentu terakhir, Abd-Al-Rashid Ghazi, (Semoga Allah melimpahkan pengampunan-Nya), yang berbicara kebenaran pada saat tertindas, dan melontarkan keyakinan pada saat berserah diri, dan membuat marah mereka yang jahat dan sombong, yang bersandar pada kekuatannya sendiri, ia akan dengan bangganya berkata “kalian yang mengandalkan kecongkakan kalian sendiri, tetapi aku mengandalkan Allah”.

“karena itu bulatkanlah keputusanmu dan kumpulkanlah sekutu-sekutumu untuk membinasakanku, kemudian janganlah keputusanmu itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku, dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.” (QS 10:71)

Dialah yang berkata saat dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dan blokade kejahatan-kejahatan musuh, “lebih baik aku mati daripada menyerahkan sesuatu yang aku yakini atau bersedia untuk ditawan”. Perbuatannya mencerminkan kata-katanya.

“Menghindari kematian baginya adalah hal mudah, tetapi rasa pahit pengabdian, dan jalan rusak sang moral telah mengembalikannya, dia menapakan kakinya dengan pasti di dalam rawa-rawa kematian dan mengatakan bahwa dibawah jari-jari kakimu terdapat neraka” [Sya’ir]

Bukankah nabi, semoga kedamaian Allah ada bersamanya, telah mengatakan bahwa jihad yang paling hebat adalah untuk mengatakan kebenaran kepada pemerintahan yang tidak adil. Jadi bagaimana menurutmu tentang sebuah kata kebenaran yang mungkin dilemparkan ke hadapan muka orang-orang yang kafir dan tidak adil? Dan lagi, di dalam sebuah negara, para prajuritnya, badan intelijennya, dan para penindak kemanannya? Para pemegang kebenaran membukanya secara terang-terangan, jujur tanpa ditambah-tambahi. Mereka mengatakan kepada semua saat ia menatap pada pedang ketidak adilan dan pembalasan dendam yang bersinar terang di hadapannya. Mereka tidak kenal takut, dan tidak pula terlalu peduli. Mereka akan bertahan demi sebuah kebenaran sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dan sampai pada tujuannya. dia yang telah terbunuh dengan ibunya yang ikut terbunuh disampingnya, semoga Allah melimpahkan ampunan pada nya, dia telah mati pada saat dia berusaha untuk menutup mulut para pembohong, dan membisukan semua hati yang penuh dendam yang menyebarkan kebohongan dan kepalsuan, seakan-akan dia telah berkata:

“Matilah kamu karena kemarahanmu itu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati.” (QS 3:119)

Dia adalah contoh dari semua yang bertarung di bawahnya, dan menjadi pendidik bagi mereka yang mengikuti jejaknya, dengan izin Allah, agar kepala mereka tetap tertegak tinggi, dan agar tujuan yang mereka perjuangkan akan menjadikannya syuhada tingkat tertinggi dan meraih status paling mulia.

“Jika engkau mengambil resiko demi tujuan yang mulia, jangan menyerah pada sesuatu yang nilainya kurang dari bintang-bintang di langit.Mencapai kematian yang mulia tak akan lebih sakit dari kematian biasa” [Sya’ir]

Jabir (r.a), berkata bahwa Nabi (s.a.w), bersabda:

“Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abd-al-Muttalib [paman Nabi] dan siapapun yang terbunuh karena melawan seorang pemimpin yang tidak adil, mengarahkan pada kebenaran dan melarang kejahatan” [Hadis]

Bukankah para syuhada Masjid [Merah] memenuhi kriteria yang disebutkan oleh Nabi SAW? Bukankah benar bahwa mereka telah berdiri melawan pemerintah yang lalim, penuh keduniawian, dan tercela, setelah menyaksikan mereka menyeret tanah dan masyarakatnya ke dalam jurang. yang telah meninggalkan Islam dan moral, dan mengubah mereka menjadi para pengikut buta dan menjadikan mereka kembaran dari para pemimpin Timur dan Barat dalam hal budaya, norma, keyakinan dan kebiasaan-kebiasaannya? Mereka telah berdiri melawan dia [Pervez Musharraf] para agen, prajurit-prajuritnya yang tercela dan badan intelijennya yang hanya bertargetkan orang-orang lemah, untuk dapat mengatakan “berhentikan kereta korupsi ini dan hancurkan negaranya, hantam nilai-nilainya dan kebajikannya yang telah hilang.” Mereka telah melawan dan berkata bahwa Pakistan tak akan menerima kemerdekaan dari para pemuja sapi [India] hanya untuk menjadi budak para pemuja kesenangan harta dan para pendosa.

“Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan” (QS 24:44)

Mereka berkata bahwa Pakistan bukan diciptaan untuk dapat diubah menjadi sebuah negara yang menolak Islam, melawan rakyatnya sendiri, melarang perintah-perintahnya, dan mengadopsi paham-paham dari orang-orang yang dikutuk oleh Allah dan sumber dari kemarahan-Nya dan telah mengubah mereka menjadi monyet-monyet dan babi, karena mereka telah menyembah tuhan yang palsu, memberi kdudukan yang tinggi untuk tuhan mereka dan menjadikan tuhan mereka sebagai hukum atas tanah mereka, dan memaksa rakyat mereka untuk mengikutinya dengan mengatasnamakan peradaban dan kemajuan. Mereka melawan mereka untuk menyatakan bahwa Pakistan tidak diciptakan untuk menjadi pendukung para pelindung Salib, Amerika dan para pengikutnya, dengan memburu para mujahidin, menangkap mereka, menyiksa para penyembah Tuhan yang Esa, dan membuka jalan-jalan udara, tempat persinggahan, dan tanah bagi para pendosa, dan membiarkan mereka untuk bergerak bebas sedangkan senjata-senjata mereka telah membunuh jutaan muslim di Afghanistan.

Mereka berdiri melawan untuk menyampaikan bahwa misi para prajurit Pakistan, yang membawa slogan palsu “keyakinan, kebajikan, jihad atas nama Allah” bukan untuk menyokong para pengikut perang salib, menjalankan perintah mereka tanpa revisi dan rasa keberatan, menghancurkan masjid-masjid, menutup sekolah-sekolah, atau membunuh orang-orang di jalan. Tetapi para prajurit Pakistan ada untuk menjalani misi, tanpa kebohongan, dan yang dalam slogannya mengandung arti kata-kata yang sebenarnya.

Mereka kemukakan bahwa orang-orang muslim di Pakistan adalah orang-orang yang penuh norma, kesucian, kerendahan diri dan semangat, dan tak punya ruang untuk orang-orang pelacuran, kelancangan, kemerdekaan dan percabulan yang menginginkan ketidaksenonohan tersebar pada orang-orang yang beriman. Mereka katakan bahwa Pakistan adalah negara muslim, dan yang rakyat nya adalah muslim, dan juga harus berhukum Islam, menikmati hidup di bawah kenikmatan hukum Shariah [hukum islam], mengibarkan panji-panji Tuhan yang Maha Esa di langit-Nya, dan meneggelamkan panji-panji keduniawian dan Salib di lumpur-Nya; dan jika tidak, di bawah tanah adalah lebih baik daripada di atasnya [mati lebih baik daripada hidup]. Dan karena itu mereka akan bangkit, tertolak dan terbunuh dan mereka telah menjadi syuhada sejati, sebagaimana kami menganggap mereka dan Allah adalah yang maha memutuskan.

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang Telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu[1208] dan mereka tidak merobah (janjinya). (QS 33:32)

Waktu itu sewaktu mereka mempersembahkan nyawa mereka satu persatu, terjun ke lautan kematian satu demi satu, dan mencari alasan-alasan untuk mereka di hadapan Allah sebagai pewangi iman dan kerinduan pada surga di dalam jiwa mereka, mengulang-ngulang di dalam suara seorang pria di dalam wasiatnya:

“Saudaraku, bilamana kau menumpahkan air mata di atasku dan membasahi kuburku dengan penghormatan, pergunakanlah untuk menyalakan lilin-lilin, dan untuk membimbingmu [lilin-lilin yang menyala itu] menuju waktu yang termuliakan, tak ada yang lebih dermawan, tak ada hadiah yang lebih baik daripadanya dan tak ada kebebasan yang lebih hebat darinya.” [syair]

Dengan seizin Allah, darah suci yang telah mereka persembahkan akan menjadi tanda abadi untuk membimbing para pengembara, dan air sungai yang mengalir untuk meng-airi pohon Islam di Pakistan. Tanda kesetiaan mereka juga akan diterima oleh para pengikut mereka, yang mengikuti contoh mereka, dan yang meniru tindakan-tindakan mereka, untuk menyelesaikan bangunan yang mereka dirikan dengan peninggalan-peninggalan mereka, Dan beginilah cara pawai-pawai kebenaran akan diteruskan.

“Jika cahaya sebuah bulan mulai tenggelam atau memudar, yang satu lagi akan muncul di cakrawala dengan bersinar” [Syair]

Situasi seperti inilah yang tak dapat di ceritakan dengan berlebihan, tidak seharusnyalah untuk menghilang terbawa angin, dan mencair kedalam laut kebohongan. Ini adalah Sunnah Allah.

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah; bahwa mereka itu mati; bahkan sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS 2:154)

“Wahai para syuhada, orang-orang yang padamulah Allah menjinjing perjuangan akan keadilan, kamu akan selalu menjadi tanda, seorang pemimpin dari simbol prajurit yang berkorban. Kami tidak melupakanmu yang telah mengajari kami untuk tersenyum dalam keadaan beriman ketika menghadapi kematian.” [syair]

Wahai para mujahid di Pakistan, wahai para singa pengorbanan, dan wahai para pencari syahadah dan perawan-perawan surga, manusia akan mati tapi hanya sekali. Hendaklah engkau mencari lapangan syahadah, yang tak terdapat di negerimu; bangkitlah di jalan di mana Allah dapat melihatmu dalam keadaan yang membahagiakan-Nya, bergerak untuk mengusir pemerintahan yang zalim, memberhentikan hukum kepemerintahan yang bersifat keduniawian, dan menyerang tentara-tentara kuatnya yang bersifat merendahkan. sarang badan intelijennya yang memuakan, dan sumber dari rezim yang sangat menyerupai era pra-islam. Sudah sepantasnyalah kalian mengikuti jejak para tetangga kalian, para pahlawan di Afghanistan, yang dengan keyakinan mereka, kemauan yang kuat, ketekunan, dan rasa percaya mereka yang kuat pada Allah telah menjadikan negara mereka kubur untuk kesombongan dan kerajaan yang kuat, memaksa mereka untuk keluar dengan rasa dipermalukan dan dikalahkan. Bersama dengan kerajaan tersebut, orang-orang Afghanistan pun telah menghancurkan agen-agen tercela tersebut, dan hendaknyalah kalian berbuat yang sama.

Kau harus tau bahwa pajak penghinaan yang akan dibayar oleh orang-orang Pakistan dengan penyerahan diri, penundukan diri dan penghinaan oleh tangan pemerintah yang pendosa adalah jauh lebih besar dari pajak kemenangan, yang akan mereka bayar dengan penuh kedermawanan dan keinginan untuk memuliakan Islam, menegakkan Syari’ah, melindungi keyakinan, dan menghindari diri mereka dari pemujaan terhadap manusia dan kemudahan dalam beribadah kepada Tuhan segala makhluk.

Keadilan tak akan dimenangkan dengan mengemis-ngemis, hak tak akan didapatkan dengan meminta-minta, dan penindasan tak akan bisa dihilangkan dengan memohon, tetapi ini semua hanya dapat diraih dengan keinginan yang kuat, tujuan yang mulia, kerja yang serius, pengorbanan yang berkelanjutan, dengan menyelesaikan permasalahan, dan keinginan untuk mengambil resiko.

“Semakin besar keinginan seseorang, akan demikian pulalah balasannya, dan para pecundang tak akan mendapatkan apapun walau sekecil-kecilnya, tetapi hanya orang-orang hebatlah yang akan mendapatkan hal-hal hebat” [Sya’ir]

Yang terbaik dan lebih berguna untuk kalian semua adalah sebagaimana Allah telah katakan;

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu dijalan Allah. Yang demikianlah itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” Quran 9:41

Kami memohon kepada Allah untuk menerima para syuhada, menaikan derajat mereka di surga, membebaskan para tahanan dan yang teraniaya, memelihara mereka yang terluka, menyembuhkan mereka yang sakit, melimpahkan keluarga mereka dengan segala ketentraman, dan memberikan mereka pahala yang setimpal. Dia yang Maha Pemberi. Dan doa kami yang terakhir adalah segala puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta.

Sheikh Abu Yahya Al-Libi
16 Rajab 1428
31 Juli 2007

Tim Penerjemah Ar Rahmah Media
The State of Islamic Media
http://www.arrahmah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar