Jumat, 25 September 2009

Thoghut Hidup Lebih Berbahaya......!

Thoghut Hidup Lebih Berbahaya
Daripada Thoghut Mati
Syaikh ‘Abdul Qodir ‘Abdul ‘Aziz Panduan Fikih Jihad Fii Sabiilillah

Maksud saya thoghut hidup di sini adalah aimmatul-kufr (pemimpinpemimpin
kekufuran) dan penguasa murtad yang memberlakukan bagi kaum
muslimin syari’at pengganti, menyebarluaskan kekufuran dan perbuatan keji di
tengah-tengah mereka.

Sedang saya sebut thoghut mati adalah kuburan-kuburan, bebatuan, pohonpohonan
dan benda mati lain yang disembah selain Alloh SWT dengan beragam
ritual ibadah mulai dari berdo’a, minta tolong, menyembelih bernadzar dan lainlain.
Maka tidak bisa dibantah bahwa thoghut yang hidup lebih besar fitnah dan
kerusakannya daripada benda-benda tadi.

Oleh karena itu, Nabi SAW memerangi thoghut yang hidup dahulu sebelum
memberantas thoghut yang mati, Nabi SAW tidak memusnahkan berhala-berhala
kecuali setelah Penaklukan Mekah sebagaimana riwayat Bukhori, dari Ibnu Mas’ud
ra. ia berkata: Nabi SAW memasuki Mekah pada saat ditaklukkan, di sekitar Ka’bah
ada 360 patung, maka beliau menghantam patung-patung itu dengan tongkat yang
ada di tangan beliau sambil bersabda:

“Telah datang kebenaran dan telah lenyap kebatilan, telah datang kebenaran dan kebatilan itu tidak kokoh dan tidak akan terulang.”

Setelah itu Rosululloh SAW memerintahkan para sahabatnya untuk
melenyapkan patung yang masih tersisa di Jazirah Arab, hal itu beliau lakukan
setelah membasmi kekuasaan thoghut hidup, beliau mengingkari mereka dan
patung-patungnya dan bersikap baro’ (berlepas diri) dari mereka sejak awal diutus.
Inilah Millah Ibrohim ‘Alaihis Salam, berlepas diri dari orang-orang kafir yang
hidup sebelum berlepas diri dari sesembahan-sesembahan mereka. Alloh SWT
berfirman:

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrohim dan orangorang yang bersama dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Alloh.”

Sebelumnya sudah kita terangkan perkataan Syaikh Hamd bin ‘Atiq seputar
ayat-ayat ini di bagian kelima, Alloh SWT juga berfirman:

Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): ”Ikutilah agama Ibrahim
seorang yang hanif.”

Penjelasan ini bukan menerangkan urutan, tetapi menerangkan prioritas,
jadi bukan berarti diam terhadap thoghut yang mati beserta para penyembahnya
dibenarkan secara syar’i menunggu kita basmi thoghut yang hidup. Sebab syari’at
sudah sempurna, siapa diantara Anda melihat kemungkaran hendaknya merubah
semampunya.

Adapun prioritas yang hendak saya terangkan adalah: Efek kerusakan yang
ditimbulkan thoghut hidup pada agama manusia hampir-hampir mengancam
banyak kaum muslimin dengan kemurtadan global, bisa berupa teror, makar dan
tipu daya. Kerusakan seperti ini jauh lebih berbahaya dibandingkan thoghut mati.

Maka mengherankan sekali kalau ada orang yang mengaku ulama, ahli
agama dan bermadzhab salaf yang tulisan mereka sekarang ini lebih terfokus
kepada thoghut mati kemudian lupa atau pura-pura lupa dengan thoghut hidup.
Anda lihat ada diantara mereka hidup di negeri berundang-undang positif
yang kafir serta menggunakan sistem demokrasi yang kufur sementara dia benarbenar
tidak tahu dan menutup mata darinya, di waktu yang sama dia menghunus
pedangnya melalui media cetak (buku) menentang thoghut mati dan penyembah penyembahnya yang jelas tidak bersenjata. Alloh SWT berfirman:

“Dan (ingatlah), ketika Alloh menjanjikan kepadamu bahwa satu dari dua
golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu sedangkan kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah untukmu, dan Alloh menghendaki untuk membenarkan dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir,”

Coba renungkan semua ini, niscaya Anda akan tahu sebab-sebab munculnya
ujian dan bala dalam diri kita, yaitu ketika orang-orang dipercaya memegang ilmu
dan dien tidak melaksanakan peran mereka dalam menyampaikan dan
mengingatkan, lantas bagaimana dengan orang yang ridho dan ikut? Bagaimana
pula dengan orang yang memberikan pembenaran kepada para thoghut itu?

Kalaulah ada yang berbicara tentang jihad, Anda lihat ia hanya menyebut
jihad Palestina dan Afghanistan, karena hanya inilah kadar yang diperbolehkan di
sebagian negara. Padahal jihad melawan penguasa murtad itu lebih wajib daripada
jihad melawan Yahudi, memang kedua-duanya musuh kafir yang menginjak negeri
kaum muslimin, hanya saja penguasa murtad itu lebih tinggi tingkatannya daripada
Yahudi karena dua hal: Pertama mereka lebih dekat, kedua mereka murtad. Kedua
perkara ini menjadikan memerangi penguasa tersebut lebih dahulu wajib
hukumnya.

Sebagaimana bukan menjadi rahasia bahwa orang yang berjihad di Palestina
dan Afghanistan disebut pahlawan dan syahid, harta dan berbagai bantuan
dikucurkan kepadanya, tapi jika selain di dua tempat tersebut, maka dia penjahat
dan teroris yang keluar dari undang-undang, undang-undang kafir. Renungkanlah ini.

Renungkan pula hadits di bawah ini, Anda akan tahu bahaya thoghut hidup,
yaitu hadits riwayat Bukhori dari Qois bin Abi Hazim bahwasanya ada seorang
wanita dari Ahmas bertanya kepada Abu Bakar: “apa yang menjadikan kita tetap
berada di atas urusan baik ini (Islam), dimana Alloh mendatangkannya setelah
jahiliyah?” Beliau mengatakan: ”Kelangsungan kalian di atasnya adalah selama para
pemimpin kalian istiqomah (konsisten).” Ia bertanya: “Siapa para pemimpin itu?”
Beliau mengatakan: “Bukankah kaummu memiliki pemimpin dan orang-orang
terpandang dimana mereka memerintah dan ditaati?” Ia berkata: “Benar.” Beliau
berkata: “Merekalah yang akan menjadi tumpuan manusia.”

Ibnu Hajar berkata dalam Syarah-nya: (Perkataan wanita itu),”Apa yang
menjadikan kita tetap berada di atas urusan baik ini?” maksudnya adalah agama
Islam dan keadilan, persatuan kalimat, menolong orang dzalim dan meletakkan
sesuatu pada tempatnya yang terkandung dalam ajarannya. “…selama para
pemimpin kalian istiqomah,” artinya, karena manusia tergantung kepada agama
penguasa mereka, maka ketika para pemimpin jauh dari tugas semestinya, ia akan
sesat dan menyesatkan orang.”

Abdulloh bin Mubarok berkata:

“Adakah yang merusak agama selain para raja, para ulama jahat dan ahli ibadahnya?”

Saya katakan:

Yang menyedihkan lagi, sikap diam orang yang mengaku ulama terhadap
thoghut hidup tadi berubah menjadi hujjah untuk membenarkan sikap diam para
pemuda dan menjadi alasan terhadap sikap duduk mereka dari jihad yang
hukumnya fardhu ‘ain.

Jihad bagi mereka menjadi terbatas pada jihad melawan orang-orang
penyembah kubur dan penganut ajaran tasawwuf?

Padahal, bukankah para penyembah kubur dan kaum sufi itu tidak hidup
kecuali di pundak para thoghut hidup tersebut?


Renungkanlah...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar